Nasib Pendorong Gerobak Setelah PKL Malioboro Direlokasi

 DIY - Sejumlah pendorong gerobak di kawasan Malioboro datangi Kompleks Kepatihan Pemda DIY, Senin (31/1).

Mereka mengadukan nasibnya usai PKL Malioboro direlokasi ke Teras Malioboro 1 dan Teras Malioboro 2.

Ketua Paguyuban Pendorong Gerobak Malioboro mengatakan bahwa selama ini mereka membantu para PKL membawa gerobak dan barang dagangan dari gudang hingga ke lapak.

Ketika para PKL ini direlokasi, otomatis mereka kehilangan pekerjaan.

"Begitu ada berita relokasi kita belum siap. Oleh karena itu agenda hari ini kita memohon kepada Bapak Gubernur untuk menunda relokasi ini agar kita punya kesempatan untuk mencari pekerjaan yang lain.

Karena di tempat yang baru nggak mungkin kita dipakai lagi," ujar Kuat di depan Kompleks Pemda DIY, Senin (31/1).

Selain itu, dia meminta kepada Pemda do it yourself untuk mencarikan kejelasan hidup. Misalnya saja pekerjaan lain atau mendapatkan lapak untuk berjualan.

Kuat menjelaskan bahwa overall ada 91 pendorong gerobak di Malioboro. Sejauh ini ada 53 pendorong gerobak yang telah berkumpul dan satu suara meminta keadilan.

Mereka juga telah mengumpulkan KTP apabila nantinya akan ada pekerjaan dari pemerintah.

"Diberi pekerjaan boleh, diberi lapak untuk pekerjaan akan datang boleh. Yang jelas kita kepastian nasib kita nggak gantung.

Kalau mengadu ke PKL, PKL masih bingung, bingungnya apa karena tempat belum siap juga," kata Kuat.

Dia bercerita bahwa selama ini pendorong gerobak memang bekerja untuk PKL. Satu gerobak yang mereka dorong, mendapat Rp 10 ribu.

Dalam sehari satu orang bisa mendorong hingga 12 gerobak. Namun jika banyak PKL yang libur maka mereka hanya bisa mendorong 7 gerobak.

"Mekanisme kalau malam masukkan gerobak. Pagi ngeluarin. Dengan ongkos rp 10 ribu dengan jarak kurang 700 meter.

Bolak balik 1,4 km. Malam masuk pagi keluar. Iya itu bolak balik Rp 10 ribu," jelasnya.

Tak jarang, ada rekan mereka yang harus meregang nyawa karena sakit akibat kelelahan bekerja.

"Ada single (dorong sendiri tanpa bantuan) ngoyo, kita ada korban 4 karena kelelahan. Berhubung membutuhkan menyambung hidup mau nggak mau hujan panas dilalui kadang kita ngawur segi makan," katanya.

Selain itu, para pendorong gerobak ini meminta agar relokasi PKL Malioboro ditunda paling tidak hingga setelah Lebaran.

Menurutnya, saat Lebaran seperti itu pendapatannya cukup tinggi dan bisa menjadi bekal untuk mencari pekerjaan lainnya.

"Makanya mohon ditunda sampai Lebaran untuk sangu (uang saku). Sangu kita akan mudik, membelikan baju, ketiga cari pekerjaan lainnya," jelasnya.

Suwarno, salah seorang pendorong gerobak lainnya meminta bantuan pemerintah soal nasibnya. Pasalnya, dia juga masih menghidupi anak dan istri.

"Masa tidak menyentuh kami. Kita paling terdampak, jadi kita ndak dapat kerja ndak bisa beri nafkah anak istri," kata Suwarno.

Sementara itu, Sekda DIY Kadarmanta Baskara Aji meminta kepada para PKL yang telah pindah ke Teras Malioboro untuk memprioritaskan para pendorong gerobak apabila membutuhkan pekerja.

"Saya berharap kalau para PKL itu sekarang sudah tidak perlu tukang dorong gerobak kemungkinkan masih memerlukan tenaga untuk mengangkut dagangan dari gudang dia ke lapak yang sekarang ada," ujarnya.

"Karena tempat lapak ini nggak seperti Malioboro. Bisa untuk nyimpan barang tapi nggak banyak karena stoknya harus ada di gudang mereka masing-masing. Saya kira (para pendorong gerobak) bisa dipekerjakan di situ," ujarnya.

Aji menjelaskan bahwa besok 1 Februari para PKL sudah akan mulai pindahan ke tempat relokasi yang baru.

"Tanggal 1 mulai penandatanganan kontrak. Ya kontrak menempati tempat itu supaya jelas siapa yang menempati aturan yang diikuti," pungkasnya.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Wagub DKI Pastikan Menjaga Kestabilan Harga Sembako Jelang Nataru 2022

ICW Mengkritik Ketua KPK Terkait Usulan Akan Lakukan Hukum Mati Bagi Koruptor

Pemerintah DIY Buat Sejumlah Persiapan Terkait Antisipasi Lonjakan Covid-19 Saat Nataru